Berbakti, Berkarya, Berarti

web hosting indonesia

Lilis Dan Sepotong Brownies

Cerpen Oleh : Koerudin Jurzani

Kamu tahu kapan hujan akan turun ?. Tiap pagi dan sore hari aku menjelma menjadi sehelai daun,menadahkan tangan demi mengharapkan titik – titik hujan jatuh menimpa kulikuu yang kering,agar tenggorokkanku bisa basah dan dingin.Sudah kuletakkan dua buah payung dibalik pintu. Persiapan kalau – kalau hujan datang, aku bisa segera pergi menjemput adkmu di sekolah, supaya lilis, adikku yang paling cantik sedunia tidak basah kuyup kehujanan.
***

Lilis nyaris memiliki semua kelebihan yang dimiliki oleh ibu, rambutnya yang hitam lebat selalu terawat, suaranya indah semerdu burung kecil yang saban pagi bernyanyi di dahan pohon di balik jendela, dan kau pasti setuju bila lilis menjadi seorang super model, tubuhnya semampai dan parasnya yang ayu membuatnya layak mengikuti kontes kecantikan yang sering aku lihat di TV. Tapi lilis terlalu pemalu untuk menjadi seorang selebritis. Hanya satu hal yang tidak dimiliki lilis dari ibu yaitu memasak dan memebuat kue – kue lezat,karena untuk urusan yang satu itu akulah ahlinya. Jika kau mencicipi kue buatanku sekali saja bersiap – siaplah untuk tidak tidur nyenyak malam ini, karena kau akan terus dihantui oleh bayangan kue – kue yang tadi siang kau makan.

Aku tidak tahu bagaimana ceritanya sampai aku bisa membuat kue dengan adonan yang pas, padahal aku tidak pernah menghapal denga serius resep – resep masakan punya ibu. Hanya saja aku senang bila melihat ibu yang tenga bergulat dengan bumbu – bumbu makanan dan adonan kue di dapur.Waktuku yang panjang membuatku cepat untuk belajar bagaimana membuat kue dan makanan yang lezat dan nikmat. Yang kau harus kau lakukan hanya mencampur bahan – bahan yang sudah ada, jangan lupa ditambah se –sachet senyum manis, sebotol kasih sayang dan semangkuk penyedap rasa yang muncul dari dalam hatimu, maka apapun yang kau hasilkan , aku yakin akan disukai banyak orang.

Ibu, seorang perempuan rupawan yang sehari – harinya mengurus pekerjaan rumah tangga, tidak pernah melarangku berada di dapur, membuatku seisinya berantakan. Mungkin ibu sedih karena aku tidak bisa sekolah seperti lilis, maka apapun yang aku lakukan asalkan itu masih wajar dan membuatku terhibur, ibu biarkan.

Kalau saja hari ini hujan datang, mungkin aku sudah berada di sekolah lilis, menyelamatkannya dari guyuran hujan dan melihat sendiri wajah teman – temannya yang sering ia ceritakan padaku menjelang tidur.

Sekotak kue berwarna hitam pekat dengan taburan keju diatasnya ku masukkan kedalam tas lilis, menyelip diantara buku – buku dan alat tulis. Hari ini ku buatkan brwnies kukus, kemarin biscuit mini berbentuk hati, kemarinnya lagi kubuatkan sekantong keripik kentang yang renyah dan gurih, untuk besok mungkin akan kubuatkan roti bakar spesial buatnya.

Kulihat lilis tengah merapikan rambutnya di depan cermin, adik kecilku kini sudah menjadi sekuntum mawar yang bersiap menanti sang fajar bersinar. Agar mahkotanya yang indah dapat merekah, menebarkan wangi mengundang gerombolan kumbang, kawanan kupu – kupu dan semut untuk datang.

” Teman – Teman di sekolah suka sekali brownies buatan teten” katanya setelah ia selesai mengenakan sepatu sekolah ” Bu guru juga mau pesan katanya, siap – siap aja kebanjiran pelanggan, teh ”Assalamualaikum” pamitnya. Dalam hati aku menjawab semua perkataan orang padaku dan jangan pernah kau berpikir aku sambung tidak – tidak, aku sendiri ingin sekali mendengar, bagaimana bentuk dan bunyi suaraku, apakah seindah kicau kenari ataukah seseram pekik burung gagak di waktu malam diwaktu malam. ”ah aku sendiri belum pernah mendengar suaraku . kuraih tongkat yang tergeletak dipinggir ranjang untuk membantuku berjalan. Ya ,bahkan untuk berjalan saja aku butuh bantuan tongkat. Hujan belum juga datang padahal harusnya kemarau telah usai . Aku sudah rindu pada senyum bu guru lilis dan teman – temannya yang beberapa minggu lalu sempat mampir ke rumah. Bagaimana kabarnya mereka sekarang?.

Aroma bau pisang tercium dari arah dapur. Kuambil piring besar lalu meletakkannya bolu itu diatasnya, memotong – motongnya lantas ku bawa keluar. Ku panggil anak – anak keci yang tengah bermain di jalan. Mereka pun menyerbu masuk halaman, tidak lama kemudian, bolu pisang itu habis tak bersisa. Beberapa hari ini lilisku yang manis kelihatan tambah manis, senyumnya selalu ia tebarkan bila berjumpa dengan orang, tubuhnya pun selalu wangi, adakah sang fajar telah bersinar menyinarinya?

”Buatkan lilis brownies kukus yang enak teh dan kalau ada tambahkan juga strowberi diatasnya” kata lilis siang ini. Dudi besok mau ulang tahun, lilis mau ngasih sesuatu yang istimewa buat dia.”o...ternyata dudi, pantas saja akhir – akhir ini lilis kelihatan ceria. Baiklah akan ku buatkan brownies spesial untuk seseorang yang tengah kasmaran.

Mendung bergelayut di langit nampaknya hari akan hujan, awan – awan hitam kian banyak menggulung kota, betul saja, tidak lama kemudian hujan pun turun, aku bersorak dalam hati, akhirnya setelah lama menunggu aku bisa juga pergi ke sekolah menjuemput lilis.

Angkot berwarna hijau menurunkanku didepan gerbang sekolah dipinggir jalan yang lengang. Air hujan langsung menyapa ketika aku turun dari angkot kota . Ku lanyangkan pandangan mencari keberadan lilis, anak – ank sekolah sudah pulang rupanya aku harp aku tidak terlambat. Di depan sebuah kios kulihat seorang gadis manis berdiri, lilis berdiri menunggu hujan reda. Dengan langkah tertatih aku berjalan menghampirinya, aku terpaku begitu melihat sepeda motor berhenti didepan lilis, ingin sekali aku berteriak memanggilnya. Lilis naik keatas motor yang dikendarai oleh seorang lelaki seusianya,berseragam sekolah mengenakan jaket hujan,kemudian keduannya melaju menembus titik – titik hujan yang seperti tirai. Hujan telah reda namun lilis belim juga pulang, ibu bilang tadi menelpon, izin menginap dirumah temannya untuk meyelesaikan tugas sekolah. Kalau saja ibu tahu siang lilis dijemput seorang laki – laki dengan sepeda motor, lilis kenapa sekarang pandai berbohong?

Hari – hari berlalu dalam sunyi seminggu setelah kejadian itu lilis sering mengurung diri dikamarnya. Ia menjadi pemurung dan suka melamun . ada apa dengan adik kecilku ini ? seperti biasa kutaruh bekal kedalam tas lilis, kubuatkan puding susu yang di jamin bisa membuat lilis kembali ceria. ” jangan lagi buatkan lilis bekal teh” suaranya yang indah terdengar sendu buatkan saja lilis sepotong brownies paling pahit agar nanti bila bertemu dudi, lilis bisa langsung melemparkan kemukanya” lalu lilis menangis. Tangisan yang belum pernah ku dengar selama beberapa tahun ini. ”Duh neng geulis, kenapa kamu menangis, apakah gerangan yang membuat hatimu luka demikian dalam ? bisikku dalam hati. Lilis memelukku erat sekali . ” Teh dudi jahat, dia bilang tidak akan terjadi apa – apa, dia bilang dia akan terus ada buat lilis, tapi....setalah semuanya lilis berikan, bahkan kehormatan satu – satunya yang lilis miliki, dia kembali menjalin kasih dengan teman sekelas lilis.... dia ingkar teh !” jadi itukah yang membuat adik kecilku menangis ? lantas apa yang harus kakak perbuat untuk mengembalikan kesuciaan sekuntum mawar yang telah layu sebelum tersentuh butiran – butiran embun

Di dapur ketika semua orang beraktifas ke luar, aku lampiaskan semua rasa yang meluap. Ku aduk – aduk terigu di dalam baskom kecil ku masukkan segala macam bahan kedalamnya. Telur, mentega, air, gula.....aku tidak kuat lagi untuk menahan tangis. Maka kulemparkan adonan kue ke dinding, menagis bersimpuh dilantai.

Lilis adikku tercinta........

Kenapa kamu mudah sekali terpedaya......




0 comments:

Posting Komentar

Lilis Dan Sepotong Brownies