Oleh : Arman Mulyadin
Yang memanah sekaligus memapah
mereka ke rumah,
bukan kompas pada peta kaku semata.
yang terus berputar, mengupas angka
menupas arah, lantas
tertiup angin tanpa beban
ialah pucuk-pucuk eru berjajaran.
memainkan likuan jalan,
menjatuhkan jarum-jarum penyubur keikhlasan
mengetuk dada penuh kesabaran.
(kutipan puisi hikayat pemanenkentang)
Dalam buku ini, Mugya Syahreza Santosa memberikan diksi dan bunyi yangintens. Disertai juga dengan beragam ornamen dan metafora-metafora yangmempesona. Isinya lebih diarahkan kehubungan antara manusia dengan alam. Membaca Hikayat Pemanen Kentang seperti menjelajahi perkebunan dan bertemupara petani, juga menghargai mereka dengan dikaitkannya antara tetumbuhan dengan“Racikan Hidup” . Dengan gaya bahasa yang ringan, Hikayat Pemanen Kentang ini memberikan kesejukan dalam membacanya
0 comments:
Posting Komentar